Sebuah Buku ; Delivering Happiness




Saya membaca buku Delivering Happiness hanya karena iseng. Ya, betul, iseng saja. Buku tersebut sebetulnya milik suami saya. Dia membelinya sebagai bagian dari pekerjaannya. Menambah wawasan pendukung untuk memotivasi, katanya. Namun karena saat itu tidak ada buku baru lain ditambah lagi judulnya yang menarik, jadilah saya membacanya. Belakangan saya tidak menyesali membaca buku itu, meski tidak berhubungan dengan saya yang sekedar ibu rumah tangga dengan jadwal padat merayap.

Buku ini ditulis oleh Toni Hsieh dan pertamakali diterbitkan tahun 2010 sebelum akhirnya diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dicetak ulang berkali-kali. Hsieh adalah seorang CEO sukses perusahaan on-line retailer di Amerika Serikat bernama Zappos.  Selain sukses dengan Zappos, Hsieh mencoba berbagai ragam bisnis yang juga menuai sukses meski tidak sebesar Zappos.  Selain sukses secara keuntungan, Zappos menjadi high-light dalam hidupnya karena memberkan pencerahan mengenai tujuan dan makna berusaha bagi Hsieh.

Meski buku ini pada intinya merupakan buku tentang manajemen dan motivasi bagi para top management di sebuah perusahaan, saat membacanya saya merasa sedang membaca sebuah novel perjalanan hidup. Setiap poin yang Hsieh ingin sampaikan mengenai nilai-nilai perusahaan dan wisdom seorang pengusaha, tidak dihadirkan melalui narasi sebuah handbook. Hsieh membawanya ke hadapan kita melalui fragmen-fragmen kejadian nyata di perusahaannya.  Bahkan pada beberapa bagian disertai dengan dialog-dialog antara Hsieh dengan rekan kerja maupun bawahannya.

Penuturan dalam buku ini dibangun dari masa awal remaja Hsieh, tahun-tahun kuliah, yang kemudian berlanjut ke masa Hsieh merintis dasar-dasar Zappos hinggga menjadi besar dan dibeli oleh perusahaan Amazon .  Membaca perjalanan Hsieh, kita dapat melihat bahwa jiwa pengusaha Hsieh bukan sesuatu yang hadir begitu saja. Sejak usia pra remaja Hsieh sudah memcoba untuk memperoleh keuntungan dari beternak cacing tanah dan berjualan kancing. Ketika menjalani tahun-tahun kuliah di Harvard, dia berhasil membuat usaha pemesanan pizza yang menguntungkan. Beberapa tahun setelah lulus  dia membangun sebuah perusahaan investasi bernama Venture Frog bersama temannya. Zappos merupakan salah satu perusahaan yang berinvestasi di sana. Sampai akhirnya Venture Frog melebur bersama Zappos dan dimiliki oleh Hsieh.

Fase-fase petualangan berusaha di atas dibagi dalam 3 bab pada buku itu. Profit, Profit and Passion, serta Profit, Passion and Purpose.  Melalui setiap bab-nya kita dapat melihat Hsieh tumbuh semakin dewasa sebagai seorang indvidu dan juga seorang pengusaha yang membawahi sekian banyak orang. Jika di awal yang men-drive Hsieh semata adalah hasrat untuk memperoleh keuntungan, maka di bagian tengah kita melihat Hsieh yang mulai mencari apa yang menjadi passionnya di bidang usaha. Passion yang membuat dia mempertahankan Venture Frog dan mengubah Zappos menjadi perusahaan yang lebih besar karena dia menyukai bidang pelayanan.

Di bagian ketiga, Hsieh telah tumbuh menjadi pengusaha yang menyadari bahwa membangun sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang lebih bermakna dari sekedar membuatnya lebih besar atau lebih menguntungkan. Bahwa sebuah kultur yang baik, yang dilandasai sikap dan value yang baik, merupakan modal terbesar dari sebuah manajemen perusahaan. Mempertahankan karyawan yang memiliki nilai-nilai yang sama dengan perusahaan, jauh lebih penting daripada mengembangkan perusahaan dengan cara yang expansif.

Satu momen yang menyentuh bagi saya saat Hsieh memaparkan , betapa dia merindukan wajah-wajah familiar penuh kebahagiaan dari karyawan lamanya. Wajah-wajah yang tidak tampak saat Hsieh mencoba melebarkan Zappos sehingga harusmendatangkan banyak karyawan baru regardless nilai-nilai mereka. Saat itu adalah momen Hsieh menyadari apa yang dia cari dari sebuah sistem perusahaan yang bahagia dan mampu membahagiakan.

Dan fragmen peristiwa yang menurut saya luar biasa adalah ketika Hsieh menyamar menjadi klien yang menelefon layanan konsumen Zappos. Dia berpura-pura menjadi konsumen yang sulit dihadapi, dan kekanak-kanakan. Karyawan Zappos yang melayaninya, ternyata tetap memberikan sikap terbaik sampai akhir, lengkap dengan ketulusan yang nyata. Dan di saat itu, Hsieh merasa sangat puas. Dia merasa, apa yang dia bayangkan tentang sebuah perusahaan yang bisa memberikan kebahagian bagi konsumennya telah terbentuk.


Membaca buku Delivering Happiness, bagi saya yang bukan pelaku usaha dan tidak menjadi bagian manajemen perusahaan, tetap menyenangkan. Saya memperoleh beberapa ‘wow moment’ di dalamnya. Dan yang jelas, saya semakin meyakini, apa pun itu yang kita lakukan,tujuan yang jelas dan nilai-nilai adalah dua hal yang tidak bisa ditinggalkan. Toh pada dasarnya, semua hal dalam hidupnya memerlukan sebuah manjemen yang membuat kita bahagia dalam melakukannya sehingga kita bisa membahagiakan orang lain.


#30DWC#30DWCjilid11#day13

Komentar