Roald Dahl; Dongeng yang Tak Hanya untuk Anak





Saya pertamakali mengenal Roald Dahl melalui buku cerita berjudul James and the Giant Peach. Saya membacanya bukan di usia yang benar-benar anak-anak. Usia saya saat itu menjelang remaja, tahun-tahun terakhir di Sekolah Menengah Pertama.

Waktu itu  saya menemukannya di sebuah perpustakaan yang meminjamkan buku-buku berbahasa Inggris, termasuk berbagai buku cerita anak. Saya pergi ke sana dengan kakak perempuan saya yang kuliah di kampus tempat perpustakaan itu berada. Sebuah kebiasaan yang tetap saya lakukan sampai saya sendiri menjadi mahasiswi di kampus tersebut.

Cerita James dan buah Persik Raksasa-nya itu sangat menakjubkan buat saya. Karakter-karakter binatang di dalam buah persik raksasa tersebut, seperti nyata meski tentunya saya yakin itu tak mungkin. Ibu Laba-laba yang lembut dan gemar memintal ayunan untuk bayi-bayinya menggunakan serat putihnya. Atau Pak Lipan yang sibuk dengan seratus pasang sepatu yang harus dia gunakan di kaki-kakinya. Lucu dan menarik bagaimana Dahl memilih binatang yang biasanya menakutkan bagi anak-anak, menjadi tokoh yang baik di sini. Tidak harus selalu kelinci putih yang manis.

Beberapa waktu lalu saya menemukan satu set koleksi cerita anak Roald Dahl. Terdiri dari judul-judul yang dianggap paling populer di antara karyanya yang cukup banyak.  Tentu saja di sana ada James and the Giant Peach dan karyanya yang mungkin paling terkenal yaitu Charlie and the Chocolate Factory.  Dilengkapi juga dengan judul lain seperti  The Fantastic Mr. Fox, The Big Friendly Giant dan Boy; Tales of Childhood yang merupakan cuplikan masa kecil Dahl.

Membaca kembali seluruh buku dalam koleksi pilihan itu, saya melihat apa yang begitu appealing dari tulisannya bagi saya. Hampir semua tokoh utama dalam buku dongeng anak Dahl merupakan anak dengan karakter tidak populer. Pencilan yang aneh. Anak yang sepertinya tidak cocok berada di tempatnya saat itu. Berbeda dari sekitarnya dari sisi penampilan, struktur keluarga (tidak punya orang tua, tidak punya ibu, atau tinggal bersama kerabat), kondisi ekonomi (tidak berpunya) atau bahkan dari cara berfikir yang unik. Seunik seperti yang dimiliki Matilda (dalam Matilda) atau anak perempuan dalam The Magic Finger.  Dan dengan segala  kondisi yang berbeda itu, setiap karakter menunjukan cara mengatasinya dengan berani.  Mereka  menjadi pemenang di akhir cerita tanpa drama yang terlalu mengharu-biru.

Meski disebut sebagai buku anak, saya berpendapat buku ini tetap bagus untuk dibaca oleh orang dewasa. Bahkan dapat menjadi referensi menarik bagi orang tua. Referensi untuk memahami perasaan anak-anak yang kadang merasa begitu berbeda dengan anak lain pada umumnya. Belajar untuk mengerti bahwa cara berfikir anak bisa sungguh berbeda dengan orang dewasa, dan itu bukan sesuatu yang harus dibelokkan terlalu cepat apalagi dipatahkan.

Membaca dahulu koleksi Dahl sebelum memberikannya untuk anak-anak kita , saya rasa hal yang bagus untuk dilakukan. Sehingga kita tahu cerita mana yang sudah bisa diberikan kepada anak kita dan mana yang sebaiknya ditunda menunggu usia yang lebih cocok. Agar anak bisa memahami pesannya dengan baik.  Selain itu,  bukankah menyenangkan jika kita bisa membicarakan hal yang sama dengan anak kita. Cerita bisa menjadi topik pembicaraan yang menyenangkan. Mungkin semenyenangkan perasaan suami saat sang istri akhirnya tahu mengapa mencuci mobil kesayangan seperti ritual baginya.  Rasa senang yang sama bagi anak Anda ketika akhirnya Anda tahu bahwa Doraemon memiliki adik perempuan. Related. Connected.

Satu buku Dahl yang memberi saya kehangatan dan keharuan setelah membacanya, adalah Danny The Champion of the World. Kisah anak lelaki yang tinggal hanya berdua dengan ayahnya. Mereka hidup di sebuah rumah caravan. Memiliki pom bensin kecil tua sebagai sumber pendapatan. Mereka berdua suka sekali berburu burung pegar. Terutama burung pegar yang berada di hutan milik tokoh antagonis di cerita tersebut.  Berdua mereka mengalami berbagai hal mulai dari keseharian hingga petualangan yang menegangkan dan menyenangkan.

Pemilihan tokoh utama yang  (lagi-lagi) tidak biasa. Dimana banyak cerita berkisah tentang anak tanpa ibu yang mengharu biru, buku ini menghadirkan bonding yang luar biasa antara seorang ayah dan anaknya. Si anak lelaki yang begitu look up terhadap sang ayah. Mengagumi semua hal pada diri ayahnya, kelebihan maupun kekurangannya. Ayah yang selalu ada untuk anaknya, berupaya terbaik untuk anaknya, dan memberikan  tanggung jawab sebagai rasa percayanya. Jika Anda seorang ayah, ada baiknya Anda membaca buku ini dan melihat indahnya menjadi dekat dengan anak lelaki Anda.

Meski pilihan buku adalah masalah selera, dan tidak ada yang sempurna bagi setiap orang, saya merasa koleksi Dahl patut diberi kesempatan untuk singgah di rak buku Anda.  Entah Anda seorang ayah dengan anak lelakinya, seorang Ibu yang membesakan banyak anak seorang diri, seorang guru dengan murid-murid yang khas, atau sekedar seseorang yang ingin mengenal indahnya dongeng yang beragam.




#30DWC#30DWCjilid11#day12.






Komentar