Mengapa penyandang ADHD bertindak seperti adanya. #1






Mengapa penyandang ADHD bertindak seperti adanya. #1

Mungkin hampir setiap orang tua dari anak ADHD memiliki pertanyaan ini. Dapatkah anak kami hidup seperti anak-anak biasa pada umumnya?. Menurut saya, sangat manusiawi mempertanyakan itu. Karena bagaimana pun kita ingin anak kita tidak dipandang aneh atau berbeda. Tidak ingin anak kita melalui masa-masa sulit karena kondisi dirinya. Sayangnya, ADHD bukanlah suatu kondisi yang dapat disembuhkan seperti kita mengobati penyakit flu dengan minum obat dan istirahat yang cukup. ADHD akan selalu ada dalam hidup anak kita hingga dia dewasa. Kondisinya bisa jadi berbeda, menjadi baik, atau memudar seiring waktu. Tapi dia tidak akan pernah hilang sepenuhnya.
Daripada kita menghabiskan waktu terlalu lama untuk berandai-andai anak kita terlahir dengan kondisi neurotypical (kondisi syaraf manusia pada umumnya alias normal) kita sebaiknya mulai menerima bahwa anak kita memiliki susunan syaraf di otaknya yang sedikit berbeda. Hal itu akan membuat perjalanan kita bersama anak ADHD kita lebih mudah.
Anak ADHD seiring bertambahnya usia mereka, akan sadar bahwa dirinya berbeda. Bahkan tanpa mereka berusaha keras mencari tahu. Karena sekeliling mereka akan menunjukkan bahwa mereka berbeda. Teman mereka, guru mereka, bahkan keluarga mereka sendiri. Semua orang secara langsung maupun tidak menunjukkan bahwa mereka tidak seperti orang pada umumnya. Mereka meminta anak ADHD untuk bisa memperbaiki diri sehingga bisa fit in dengan masyarakat. 
Masalahnya, kadang orang hanya meminta tanpa menunjukan caranya. Bagaimana cara supaya seekor zebra bisa tampak sama di kumpulan kuda saat merumput di padang hijau.
Tentunya, mereka tidak bisa menunjukkan caranya. Karena memang tidak ada caranya. Semua upaya menuju ‘tipikal’ atau ‘normal’ hanya akan berakhir dengan rasa frustrasi karena tidak pernah mencapai apa yang diharapkan.
Jadi, mengapa sulit sekali bagi penyandang ADHD untuk hidup di masyarakat tipikal ?
Mereka hidup di dunia yg tidak linear.
Sebuah tulisan mengungkapkan pendapat mengenai hal tersebut.  Antara lain, bahwa bagi penyandang ADHD dunia mereka itu tidak linear. Dunia mereka kurva-linear. Bagi mereka masa lalu, masa kini dan masa depan bukanlah sesuatu yang terpisahkan dengan jelas. Bagi penyandang ADHD, mereka hanya selalu melihat masa kini saja. Sehingga sulit bagi mereka untuk belajar dari kesalahan di masa lalu atau pun membayangkan apa konsekuensi di masa depan atas tindakan mereka.  Sehingga dapat dipahami bahwa ternyata kesan yg kuat penyandang ADHD itu bertindak tanpa berfikir dan tidak bisa belajar dari pengalaman masa lalu sebenarnya merupakan manisfestasi dari hal tersebut di atas.


Dunia terlalu penuh stimulasi bagi mereka
Anak  ADHD juga kerap terlihat kewalahan dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Kesulitan memberikan respon yang tepat tanpa terlihat off place.  Hal itu terkait dengan sistem sensori mereka yang berbeda dengan orang pada umumnya. Segalanya bisa menjadi terlalu bising, terlalu terang, atau pun terlalu bertekstur bagi mereka. Otak anak ADHD kita sudah terlalu sibuk dengan dirinya sendiri dalam memproses stimuli sekitarnya (suara, cahaya, tekstur, gerakan) yang berkali lipat lebih intense dibandingkan apa yang dirasakan oleh mereka dengan sistem saraf tipikal. Sehingga mereka hampir tak ada waktu untuk memikirkan bagaimana bersikap yang tepat. (hal ini akan dibahas pada tulisan selanjutnya)

Ketidakteraturan mood dan tingkat enerji
Dikatakan bahwa sistem saraf ADHD itu merupakan sistem saraf berbasis rasa ketertarikan. Dengan kata lain, hanya berfungsi dengan baik ketika apa yang menjadi objeknya adalah hal yang mereka sukai. Masalahnya, tingkat ketertarikan mereka atas sesuatu sangat mudah berubah. Hanya sedikit saja hal yang bisa membuat anak ADHD memusatkan perhatian sepenuhnya. Hal inilah yang kerap mereka tidak bisa menuntaskan suatu pekerjaan. Teralihkan dengan hal lain yang dianggap lebih menarik. Dan karena mereka juga tidak / kurang memiliki pemahaman tentang konsekuensi di masa depan, mereka bisa begitu saja meninggalkan tugas tanpa menyelesaikannya. Namun saat mereka menemukan apa yang mereka sukai, atensi dan enerji mereka menjadi luar biasa.

Mereka mungkin bisa terlihat tenang di luar tapi tetap ‘ricuh’ di dalam.
Saat anak ADHD beranjak dewasa, mungkin saja mereka bisa tampak lebih tenang dan tidak impulsive. Tapi itu hanya terjadi di permukaan saja. Karena di dalam benak mereka, kericuhan itu masih tetap ada.  Berupa  lintasan-lintasan fikiran yang mengasyikan bagi dirinya sendiri. Hal itu masih bisa menghambat kemampuan dia untuk mendengarkan orang, terlibat dalam aktivitas saat ini bersama orang lain, maupun untuk benar-benar terlihat tenang.

Sumber utama informasi dalam tulisan ini berasal dari tulisan William Dodson, M.D

Komentar