Hitam (tidak) Selalu Menghilangkan









Sewaktu belajar menggambar saat kecil, saya paling tidak suka warna hitam. Terutama saat alat pewarna yang digunakan sulit saya kendalikan. Seperti saat saya menggunakan crayon berujung tumpul. Satu coretan warna hitam yang tidak pas bisa mebuat gambar yang tadinya dirasa sudah indah jadi tampak buruk. Pokoknya, kalau sedang memakai crayon hitam, saya saat itu pasti ekstra hati-hati.

Saat saya mulai mengenal media lain seperti cat air dan cat minyak, warna hitam tetap sesuatu yang menegangkan. Terutama dengan kemampuan melukis tak seberapa yang saya punya. Warna hitam cenderung mengalahkan warna yang lain. Dan warna lain, tidak bisa menimpa warna hitam yang terlanjur ada dengan mudah.Jika kita ingin menutup lukisan warna-warni hingga tak berjejak, timpa-lah lukisan itu dengan warna hitam. Maka warna-warni tadi akan tertimbun sempurna di baliknya.

Warna hitam dengan segala karakternya, kerap dikaitkan dengan rasa sedih. Rasa berduka dan hal yang tidak membahagiakan lainnya. Sebagaimana malam yang menelan hari dan kematian yang meniadakan kehidupan, hitam menjadi warna simbolisnya.

Saya pernah merasakan hitam yang menelan kebahagiaan. Seperti warna hitam yang meniadakan lukisan warna-warni tadi. Saat yang paling berharga dalam hidup saya menjadi sesuatu yang tidak bisa saya lindungi dengan pasti. Hitam, adalah kata yang mewakili rasa saya. Hitam adalah titik-titik di ruang kelabu otak saya yang menolak untuk berfikir yang lain. Saya seperti memiliki kanvas kosong dan yang saya miliki hanya sekotak penuh cat hitam.

Sebuah kesadaran baru saya temukan , saat bertemu dengan seorang teman lama. Dia membawa satu buku tentang lukisan tradisional Cina dan Jepang . Alat lukis yang dominan digunakan adalah tinta bak dan beragam kuas. Semua lukisan itu pada dasarnya mengandalkan kepiawaian mengelola warna hitam tinta bak yang pekat. Tapi campuran air dan tekanan sapuan kuas membuat hitamnya tidak selalu pekat. Dan garisnya tidak selalu meniadakan. Kita bisa melihat hitam yang lain. Tanpa harus memaksanya hilang dengan sia-sia.

Tidak mudah menguasai melukis dengan tinta. Sangat sulit malah. Karena benar-benar mengandalkan kepekaan dan minim sekali kesalahan. Tapi, hal itu juga menunjukkan bukan mustahil warna hitam bisa menjadi demikian indah dan kaya. Dicapai dengan kesabaran mengelola rasa.

Seperti mengelola rasa sedih yang bisa menelan bahagia. Kita juga bisa membuatnya menghilang atau memudar. Seperti tinta yang  berubah menjadi abu-abu dan makin pudar seiring campuran air yang kita tambahkan.  Air itu rasa ikhlas kita, rasa syukur kita, dan kenangan kita akan kebahagian yang ada. Sehinga duka yang ada hanya sekedar singgah. Bukan untuk menetap. Apalagi menelan yang lain seperti hitam yang pekat.

#30DWC#30DWCjilid11#day18


Komentar