Lagu dari Bapak
Bapak saya adalah orang yang
sangat menyukai musik. Musik selalu lebih disukai oleh Bapak dibandingkan film
sebagai hiburan. Di masa mudanya dia mengumpulkan banyak kaset maupun piringan
hitam. Meski demikian, Bapak bukan tipe kolektor yang cinta mati koleksinya.
Bukan berarti tidak menghargai benda-benda tersebut seperti kolektor lain, tapi
karena bapak saya tipe yang mudah melepaskan. Kalau dipinjam terus tidak
kembali ya sudah. Pun ketika harus pindah rumah, dan tahu-tahu hampir semua
koleksi kasetnya raib dari kotaknya, Bapak tidak menjadikannya masalah besar.
Sekedar menyayangkan, tapi tidak sampai memikirkannya terlalu lama. Bapak sudah
cukup senang ketika bersua lagi dengan lagu kesayangannya lewat radio atau
menemukan lagi di pedagang kaset bekas di pasar lawas.
Sepanjang masa remaja hingga saya
meninggalkan rumah keluarga, saya tumbuh dengan referensi lagu-lagu di masa
bapak saya. Lagu yang usianya lebih tua dua hingga tiga dekade usia saya. Menarik
untuk mendengar jenis suara dan cara bernyanyi mereka yang berbeda dengan
penyanyi-penyanyi masa saya saat itu. Oldies…mungkin begitu istilahnya.Lagu-lagu oldies ini, sekarang
jadi semacam cara saya untuk memahami perasaan Bapak. Karena meski Bapak
cerewet, untuk masalah perasaan Bapak jarang berbicara.
Bapak di usia senjanya
duduk di beranda dan masih mendengarkan lagu kesayangannya. Bedanya kali ini
Bapak mendengarkan lewat akun musik atau kanal You tube di handphone
pemberian anaknya. Bukan dari radio tape
lengkap dengan speakernya. Benda itu
sudah lama rusak dan Bapak yang mulai menua sudah enggan memperbaikinya. “ Ini
juga sudah cukup,” kata Bapak saat itu sambil mendengarkan lagu keroncong Mus
Mulyadi dari handphone-nya,”Cuma pengen
denger aja.”
Setelah saya menikah dan
meninggalkan Bapa ke kota lain, setiap ada lagu oldies kesukaan Bapak , ada rasa rindu yang menyeruak. Sore itu
notifikasi Whatsapp saya berbunyi.
Ternyata pesan dari Bapak. Saya tidak bisa menahan senyum saat melihat ternyata
Bapak berbagi sebuah file lagu. Rupanya
Bapak kini sudah bisa juga berbagi lewat Whatsapp,
padahal sebelumnya untuk berkirim pesan pun masih suka lupa caranya.
File lagu itu adalah lagu lawas
yang juga saya sukai. Jika dulu kami mendengarkan lagu itu sambil berkendara,
Bapak akan membahas betapa suara penyanyinya sangat syahdu. Tapi kini, yang
saya rasakan bukan hanya suara dan lagu yang merdu. Tapi rindu yang sangat. Saat
saya mengingat lagi liriknya, tiba-tiba saya merasakan kesepian Bapak. Saya
adalah anak terakhir yang meninggalkan rumah. Bapak pernah bilang, serasa
tugasnya sebagai orang tua tuntas sudah. Bapak sepertinya mulai merindukan
banyak hal; masa mudanya, almarhumah ibundanya, dan saat hidup masih terlihat
panjang untuk ditapaki bersama.
Saya pun membalas pesan Bapak itu dengan sederhana namun
sepenuh hati. “ Saya rindu Bapak selalu.” Lamat-lamat saya dengar lagi lagu itu
diputar…dan air mata pun menetes sudah.
Once there were green fields kissed by the
sun
Once there were valleys where rivers used to
run
Once there were blue skies with white clouds
high above
Once they were part of an everlasting love
We were the lovers who strolled through
green fields
Greenfields
are gone now, parched by the sun
Gone
from the valleys where rivers used to run
Gone
with the cold wind that swept into my heart
Gone
with the lovers who let their dreams depart
Where
are the green fields that we used to roam
………………………..
(Greenfield, Brothers Four)
Komentar
Posting Komentar